Tampilkan postingan dengan label sakamichi no apollon. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sakamichi no apollon. Tampilkan semua postingan

Minggu, 12 Januari 2014

Anime Review : Kids on The Slope

Judul : Kids on The Slope (Sakamichi no Apollon)
Genre : Drama, Musical, Slice of Life
Sutradara : Shinichiro Watanabe (Cowboy Bebop, Samurai Champloo)
Release : 2012

Shinichiro Watanabe adalah nama yang terkenal dalam industri anime. Karya-karyanya diterima luas oleh semua penikmat anime, termasuk dari kalangan western. Pada faktanya ia adalah salah satu orang yang telah membuat anime menjadi lebih dikenali dan diminati oleh orang bule lewat karyanya yang berjudul Cowboy Bebop. Yang membuat Cowboy Bebop diterima luas orang kalangan barat adalah karena tema yang dibawakan adalah tema yang familiar dengan kalangan barat. Ia menggambungkan tema cowboy (bounty hunter stuff) dengan sci-fi yang dibalut dengan nuansa musik jazz yang elegan. Pada karyanya yang lain (Samurai Champloo) ia kembali membawakan tema yang familiar bagi kalangan western, yakni hip-hop culture. Meski kali ini perpaduan yang ia ciptakan cukup contrast satu sama lain (hip-hop dan samurai di jaman edo), namun kembali ia sukses menaklukan penikmat anime di barat. Lalu apa yang disuguhkan Watanabe dalam karya terbarunya ini?


Pada karya terbarunya ini Watanabe kembali membawakan tema yang sangat familiar dengan kalangan western, Jazz, sama seperti pada Cowboy Bebop. Namun, jika pada Cowboy Bebop musik jazz hanya berperan sebagai soundtrack semata, yang hanya ditunjukkan untuk membangun mood anime tersebut, maka pada Kids on The Slope jazz merupakan bagian dari cerita serial itu sendiri. Jazz adalah perangkat atau media dalam kisah ini yang menyatukan setiap karakter utamanya. Dan, tidak seperti kedua anime sebelumnya, kali ini Watanabe tidak menyuguhkan genre action. Anime ini adalah anime slice of life, tema keseharian dan overall mengenai persahabatan, cinta dan coming of age story.

Ceritanya sendiri berkisah tentang Kaoru Nishimi, seorang pemuda yang semejak kecil sudah terbiasa berpindah-pindah sekolah karena pekerjaan orang tuanya. Pada musim panas tahun 1966 Kaoru pindah ke Sasebo di Pulau Kyushu untuk tinggal dengan salah satu kerabat ayahnya. Karena latar belakangnya tersebut Kaoru tumbuh menjadi seorang pemuda yang tertutup dan susah bergaul. Namun, semuanya berubah setelah negera api menyerang. LOL JK. Maksud saya, semuanya mulai berubah setelah ia mengenal Sentaro Kawabunchi dan  Ritsuko Mukae. Sentaro adalah pemuda berandalan yang hobi berkelahi dan membuat onar, namun sangat piawai bermain drum. Sedangkan Ritsuko adalah ketua kelas dan juga sahabat Sentaro semenjak kanak-kanak. Dari kedua orang tersebut Kaoru menemukan arti mengenai cinta dan persahabatan serta kesenangan dalam bermain musik jazz.

Seperti pada kisah-kisah anime serupa, plot anime ini cenderung mudah ditebak. Boy meet girl, fall in love, simple love menjadi triangle love dan semacamnya. Namun, yang membuat kisah sederhana ini menarik adalah latar belakang setiap karakternya yang sangat well-developed dan believable (terutama latar belakang Sentaro). Ada sebuah alasan yang kuat dibalik sikap introvet Kaoru. Ada alasan dibalik sifat berandal Sentaro. Ada penjelasan mengenai mengapa Ritsuko sangat care terhadap Sentaro dan mengapa ia bisa begitu baik terhadap Kaoru yang baru dikenalnya. Tindakan yang diambil setiap karakter dalam serial ini masuk akal dan beralasan. Meski terkadang sedikit berlebihan, seperti tindakan Sentaro untuk kabur dari rumah saat mengetahui bahwa ayahnya akan pulang kampung. Namun, secara pribadi itu semua tidaklah mengurangi keasyikan saya menonton anime ini.

My Favourite Things
Dari kiri ke kanan : Ritsuko Mukae, Sentaro Kawabunchi, Nishimi Kaoru dan Yurika Fukahori
Whaaaa.....
Humor dan joke yang dimunculkan sepanjang serial ini berlangsung sangat well-placed dan cukup menghibur. Penonton laki-laki mungkin akan sedikit tak nyaman dengan beberapa adegan yang sedikit (sangat sedikit) mengarah ke yaoi. Seperti saat pertama kali Kaoru bertemu Sentaro (Sentaro meraih telapak tangan Kaoru secara dramatis dan dalam slow motion). Dan cowok di dunia nyata tidak akan meloncat ke atas tubuh cowok lain kemudian menacapkan kedua tangannya di kedua sisi kepala si cowok  hanya untuk meyakinkan meraka untuk tetap bersemangat. Namun, perlulah diketahui bahwa anime ini diangkat dari sebuah Josei manga (manga yang diperuntukan untuk pembaca wanita), maka hal semacam itu should be expected.

Nosebleed moment for girls
Animasi is good. Terutama pada adegan saat mereka bermain musik. Saya tidak mengerti musik, namun menurut mereka yang mengerti musik, apa yang ditampilkan animasinya sangat pass dengan bunyi note yang keluar dari musiknya. Katanya dalam hal keselarasan bunyi dan animasi anime ini jauh lebih baik daripada BECK, anime serupa yang mengusung tema musik rock n roll.

Musik dalam anime ini ditangani oleh Yokko Kanno. Composer yang juga menangani Cowboy Bebop. Jadi ini bukanlah kerjasama Watanabe dan Kanno yang pertama kali. Jika kawan menyukai musik Cowboy Bebop maka tentu saja kawan akan menyukai musik dalam anime ini. Opening dan ending song anime ini cukup catchy meski bukanlah yang paling memorable. Saya sendiri bukanlah orang yang familiar dengan musik jazz, tapi saya dapat menikmatinya. Jika Cowboy Bebop bisa membuat saya menikmati musik jazz yang ada di dalamnya, maka anime ini telah membuat saya ingin menikmati musik jazz secara keseluruhan, bukan hanya yang ada di dalam serial ini.

Kids on The Slope mungkin bukanlah anime terbaik karya Watanabe. Apalagi bagi mereka yang menyukai anime bergenre action. Namun, karena saya adalah pemakan segalanya, maka saya cukup menyukainya. Anime ini telah membuat saya excited, sad, happy dan terkagum-kagum.Diantara anime lainnya yang muncul pada tahun yang sama, anime ini adalah salah satu yang memiliki character develompment terbaik. Semua karakternya believable dan lovable. Setting dan referensi terhadap sejarah dan musik jazz yang ditampilkan selama serial ini berlangsung juga merupakan nilai plus bagi mereka yang bosan dengan anime yang bersetting di masa depan atau di dunia fantasy.

Jadi, apakah Kids on The Slope anime yang bagus? Ya. Apakah saya merekomendasikannya? Ya, tapi tidak untuk semua orang. Mereka yang tidak menyukai jazz dan genre drama mungkin akan merasa bosan saat menontonnya. Namun, jika kawan adalah seorang penyuka musik jazz dan pecinta genre anime serupa kawan pasti akan menyukainnya.

Point Plus : Character yang lovable, believable dan well-developed
Point Minus : A bit of yoai undertone mungkin cukup mengganggu bagi penonton laki-laki
Score : 4.0 dari 5.00
Verdict : Must Watch for Some