Rabu, 15 Januari 2014

Anime Review : Tokyo Godfathers

Judul : Tokyo Grandfathers
Genre : Drama, Comedy, Slice of Life
Sutradara : Satoshi Kon ( Millenium Actrees, Tokyo Grandfaters, Paprika )
Release : 2003

Satoshi Kon adalah salah satu sutradara anime yang cukup terkenal. Karya-karyanya meliputi Millenium Actrees, Tokyo Grandfaters dan Paprika. Tema yang diusung Kon lewat anime-anime yang disutradarainya umumnya selalu menyinggung tema-tema permasalahan sosial yang dihadapi (atau ada) pada masyarakat Jepang. Ia berkisah tentang orang-orang yang tersisih dari masyarakat, mereka yang hidup dalam tekanan psikologis dan tentang orang-orang yang menemukan kebahagiaan di tengah keterbatasan. Meski kedengarannya berat, namun kawan tak perlu khawatir akan merasa galau setelah menonton karya-karyanya. Karena meskipun mendalam, Kon selalu menceritakan kisah-kisah tersebut dengan cara comical yang bisa membuat kawan tersenyum, meski dengan mata berair. Meskipun beliau telah meninggal dunia pada bulan mei 2010, namun saya yakin karya-karyanya akan selalu dikenang oleh orang-orang yang telah menontonnya.

Apa yang ditawarkan Kon lewat Tokyo Grandfathers? Well, tema utama film ini adalah tentang keluarga, meskipun diceritakan melalui mata orang-orang yang terbuang dari keluarganya. Ini adalah film natal, film natal yang tidak biasa. Bersetting pada malam natal, ketika tiga orang gelandangan menemukan seorang bayi perempuan di sebuah tempat pembuangan sampah. Ketiga gelandangan tersebut adalah : Gin, seorang yang mengaku sebagai mantan pembalap sepeda yang kehilangan kehidupannya setelah kematian istri dan anak perempuannya; Hana, seorang banci yang mengaku terlahir sebagai wanita namun terjebak di dalam tubuh seorang pria dan sangat ingin menjadi seorang ibu; dan Miyuki, seorang gadis ABG yang melarikan diri dari rumah setelah terlibat pertengkaran dengan ayahnya.


Ketika menemukan bayi tersebut yang kemudian mereka namai sebagai Kiyoko, Gin berpendapat untuk melaporkan hal tersebut kepada pihak kepolisian. Namun, Hana yang sangat ingin menjadi seorang ibu malah menganggap bayi tersebut sebagai hadiah natal dari Tuhan untuknya dan bertekad untuk mengasuhnya. Setelah Gin and Miyuki meyakinnya, akhirnya Hana rela untuk mengurungkan niatnya. Namun, bukannya menyerahkannya kepada polisi, Hana kemudian memutuskan untuk mengembalikan bayi itu pada kedua orang tua aslinya. Ia ingin menanyakan secara langsung kepada orang tua bayi itu mengapa mereka membuangnya. Maka dimulainya petualangan kecil tiga orang unik itu. Selama petualangan mereka tersebut, mereka akan bertemu kembali dengan orang-orang dari masa lalu mereka, menyelesaikan masalah yang belum terselesaikan di masa lalu mereka dan menemukan arti dari kebersamaan mereka.

Holy.. Sh*t!!
Gift from God
Plot anime ini berjalan straight-forward. Adapun beberapa kilasan flashback mengenai kehidupan para karakter utamanya dimunculkan pada saat yang tepat. Cukup singkat, tidak berbelit-belit namun cukup untuk memberikan kita pemahan mengenai tokoh-tokoh film ini. Karakter yang ditampilkan dalam film ini sangat unik. Mana ada sebelumnya film natal yang menampilkan homosexual sebagai salah satu karakter utamanya. Meski begitu mereka tetap believable. Itu semua karena orang-orang seperti mereka memang ada disekitar kita. Secara psikologis mereka nampak nyata, kita bisa saja menjadi salah satu dari mereka atau mengenal salah satu dari mereka. Oleh karena itu, selama film ini kawan tidak memiliki pilihan lain selain bersimpati pada mereka dan berharap yang terbaik untuk mereka.

Comical yet feel real...
Secara kualitas animasi jangan bandingkan film ini dengan karya-karya Miyazaki. Gaya animasi Kon cenderung lebih simple jika dibandingkan dengan style Miyazaki-sensei. Ia lebih menekankan pada detail ekpresi wajah para tokohnya (lihat animasi ketika Hana memarahi Gin di rumah sakit) ketimbang detail background dan lingkungan setting cerita. Secara musikalitas, anime ini juga tidaklah terlalu luar biasa. Namun, setiap track yang ditampilkan sudahlah cukup untuk mendukung setiap adegan dalam film ini.

Anime ini mungkin bukanlah anime yang bisa dinikmati oleh setiap orang. Ini juga bukan film natal yang layak untuk ditonton oleh semua anggota keluarga. Namun, jika kawan bisa mengabaikan semua odd yang ada didalamnya kawan akan menikmatinya dan menghargai karya ini. Anime ini bisa membuat kawan tersenyum, mungkin dengan sedikit gelitik tawa, juga bisa membuat kawan berbinar-binar haru dan sedikit meringis. Plot twist yang dimunculkan anime ini menjelang akhir mungkin bukanlah yang terbaik yang pernah kawan lihat dalam anime, namun itu sudah cukup untuk membuat kawan excited hingga film berakhir.

Point Plus : Karater-karakternya unik dan believable.
Point Minus : Musik dalam film ini mungkin bisa lebih baik
Score : 4.5 dari 5.0
Verdict : A must See

Tidak ada komentar:

Posting Komentar